29 Jul 2015

Air Susu Dibalas dengan Air Tuba

Beberapa waktu lalu gue liat berita tentang seorang anak yang menampar ibunya. Itu terjadi di Singapura, bukan Indonesia. Kejadian itu terungkap berkat video yang diambil secara sembunyi-sembunyi oleh tetangganya. Video itu pun dengan cepat menyebar melalui dunia maya. Pastinya yang terpikirkan pertama kali saat melihat berita itu adalah “di mana hati sang anak? Di mana otak-nya? Kok tega-teganya nampar ibunya. Apalagi ibunya udah tua.” Penonton pun marah, tak terkecuali gue.

Gue punya cerita tersendiri tentang Air susu ibu yang dibalas air tuba oleh anak.


Hari minggu kemaren, gue dan keluarga gue lebaran ke rumah sodara gue di daerah **** ( sory cuy, gue sensor demi kenyamanan umat :D ). Di sana, seharusnya ada banyak rumah yang gue singgahi. Tapi, berhubung beberapa ada yang lagi gak di rumah, jadi lah gue cuma singgah di dua rumah. Rumah pertama yang gue singgahi adalah rumah uwa-nya bokap gue. Otomatis gue manggil beliau dengan sebutan “nenek”. Karena beliau adalah adiknya dari almarhum nenek gue. Gue terkejut karena nenek sedang duduk lesu tepat di depan pintu. Sejak beberapa tahun yang lalu, beliau terkena stroke. Hal itu membuat tangan kanan beliau tak bisa bergerak serta beliau tak lagi mampu berbicara dengan jelas. Tubuhnya yang tinggal tulang berbalut kulit membuat gue semakin merasa sedih dan miris. Gue teringat keadaan almarhum nenek gue sebelum meninggal. Penampilan fisiknya hampir sama persis dengan almarhum nenek gue. Bedanya, almarhum nenek nggak terkena stroke.

Kami mengucap salam dan tak lupa salim dengan nenek sebelum masuk ke dalam rumah. Nenek hanya mampu mengeluarkan suara “ hoh huah hah hoh” ya gitu deh kira kira.

Nenek tinggal sendirian di rumahnya. Loh? Anak-anaknya kemana, far? Ada noh di rumahnya masing-masing. Lo bayangin aja, nenek yang udah tua renta plus sakit-sakitan terus tinggal sendirian di rumah. Satu hal yang ada dipikiran gue. GILA TEGA TEGA BANGET ANAK ANAKNYA ! Menurut info yang gue dapet, nenek sempet tinggal di rumah anaknya di daerah ciganjur. Tapi, beliau minta untuk dipulangin ke rumah beliau. Emang udah sifat nenek nenek maunya ngabisin masa tuanya di tempat yang menurut mereka nyaman. Karena almarhum nenek gue juga begitu. Beliau lebih demen tinggal di rumah gue ketimbang di rumah anak-anaknya yang lain. Why? Karena almarhum nenek gue udah dari sejak gue bayi tinggal bersama keluarga gue.

Karena nenek memaksa untuk pulang ke rumah beliau, alhasil anaknya pun menuruti dan meninggalkan beliau sendirian di rumah beliau. Padahal jumlah anak beliau ada lebih dari 5 orang. Tapi, gak ada satu pun yang mau mengalahkan egonya untuk tinggal di rumah nenek dan merawat nenek. Yang merawat beliau justru menantu dari adik beliau, sebut saja namanya Mba Inem. Setiap punya kesempatan, Mba Inem menyambangi rumah nenek dan merawat beliau. Mba Inem gak bisa setiap saat merawat nenek karena ia pun harus bekerja. Ia bekerja sebagai buruh cuci.

Dari sini kita bisa menyimpulkan, karakter dan akhlak anak akan terbentuk di tangan orangtua. Jika kelak anak kita seperti cerita gue di atas, coba tanyakan apa yang telah kita ajarkan padanya sedari ia kecil. Apa kita mengawasi pergaulannya? Apa kita memberi perhatian penuh padanya?
Dan yang paling penting apa kita tanamkan pendidikan agama padanya?

Banyak orangtua yang mengabaikan pendidikan agama karena terlalu fokus pada pendidikan duniawi sang anak. Alhasil, banyak cerita yang kita dengar anaknya jadi pengusaha sukses ibunya ditaro di panti jompo. Yang lebih miris lagi jika kisah hidup lo kaya nenek gue di atas. Ditinggal sendirian dalam keadaan sakit, tak mampu bicara dengan baik. Entah seperti apa beliau di malam hari. Pasti merasa kesepian dan sedih. Saat gue dan keluarga gue hendak pulang, beliau memegangi kaki bokap gue seakan memohon untuk tetap di situ menemani beliau. Rasanya gue pengen nangis saat itu juga. Gue gak tega. Nyokap pernah minta nenek untuk tinggal bersama kami. Tapi, nenek menolak karena merasa beliau memiliki banyak anak yang bisa merawat beliau. Namun kenyataannya... Anak-anak beliau meninggalkan beliau seorang diri di rumah beliau yang kecil.

Seandainya anak anak beliau tau bahwa merawat ibu mereka di hari tua seperti itu mendatangkan pahala yang begitu besar, seandainya anak anak beliau mengingat kembali seperti apa perjuangan ibu mereka membesarkan mereka, seandainya mereka masih punya hati... niscaya hal itu gak akan pernah terjadi
  
Cerita gue ini bisa menjadi pembelajaran bagi para orangtua dan juga anak. Para orangtua jangan hanya berfokus pada pendidikan duniawi anak, tapi juga harus ditanamkan pendidikan agama. Agar kelak mereka tau caranya berterimakasih pada orangtua, walau kita tau balasan apapun dari anak tak akan bisa membayar semua yang telah dilakukan orangtua.


Dan pembelajaran untuk anak agar tak lupa jasa orangtua... air susu dibalas dengan air susu. Jangan pernah tinggalkan orangtua di panti jompo atau membiarkan mereka sendirian di hari tuanya. Karena, dengan kalian di sisi mereka di saat mereka tua itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. 

0 komentar:

Posting Komentar

Ngasih komentar di blog ini termasuk sedekah loh :p

© Coretan Kecil Seorang Jilbaber 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis