22 Des 2013

At 22 Desember Again

Here I’m, at 22 Desember again. Tanggal dimana dijadikan sebagai hari spesial, “hari Ibu”. Ya, tanggal yang kemudian selalu berhasil membawaku ke masa lalu. Masa lalu di mana terdapat kenangan yang tertinggal di memory otakku. Masa lalu yang selalu mampu membuatku menangis.


22 Desember di 2011, pertama kalinya aku merasa begitu istimewa ketika seseorang itu datang dan mengucapkan “Happy mother’s day” padaku sambil memberi setangkai bunga mawar. Aku bingung sekaligus heran. Kenapa aku diberi ucapan “Happy mother’s day” plus setangkai bunga, padahal… menjadi seorang Ibu pun belum? Seseorang itu hanya menjawab “Karena kelak kau akan menjadi seorang Ibu juga seperti Ibu mu saat ini.” Jawaban yang Nampak polos dari sosok “ia”. Setelah memberi selamat dan setangkai bunga, tiba-tiba ia berkata “sungkeman gih nanti sama ibu. Minta maaf.” Aku hanya tersenyum kecil saat mendengar ucapannya.


22 Desember pula untuk pertama kalinya aku melakukan apa yang selama ini ingin aku lakukan untuk Ibu. Meski aku tahu, apapun yang aku lakukan untuk membalas jasa Ibu, hal itu tak akan pernah benar-benar terbalas. Karena jasa beliau jauh jauh jauh jauh lebih besar dari sekadar sesuatu hal yang aku lakukan dan berikan.


Siang hari di 22 Desember 2012, Ibu sedang asik duduk santai di ruang tamu sambil minum teh. Hal itu aku manfaatkan untuk menjalankan niatku yang tak pernah kesampaian. Aku mengambil baskom, kuisi air, kemudian kubersihkan kaki Ibu saat itu juga. Ibuku yang sedang asik menikmati tehnya menjadi terkejut dengan apa yang dilakukan putrinya. Beliau kemudian berkata, “Ibu nggak pengen apa-apa ko, Ibu Cuma pengen kamu nurut sama kata orangtua. Nggak ngebantah.” Mendengar kata-kata itu, seketika air mataku berlinang, seakan kata-kata itu menarikku pada semua hal buruk yang pernah aku lakukan. Aku buru-buru ke toilet, membasuh kedua wajahku agar tak terlihat oleh Ibu bahwa aku menangis. Kemudian, aku lanjutkan mencuci kaki Ibu sambil berkata, “Iya, Bu. Maafin Farah ya”.


Dan kini, Aku kembali lagi pada tanggal di mana dua kenangan itu melekat di memory otakku. Kenangan tentang “ia” dan kenangan tentang apa yang kulakukan serta ucapan Ibu saat itu padaku.


Mother’s Day, hari spesial yang ku anggap ada disetiap hariku. Ya, setiap hari adalah hari Ibu. Hari untuk berbakti kepada beliau. Tak perlu bakti yang sulit-sulit, cukup nurut apa kata orangtua, hal itu sudah membuat Beliau bahagia dan bangga memiliki anak seperti “Kita”. Entah bakti yang kemudian lebih besar seperti membawa beliau ke Mekkah, itu akan beliau anggap sebagai bonus.



“Ibu, engkau lah wanita yang kucinta selama hidupku. Maafkan anakmu bila ada salah. Pengorbananmu tanpa balas jasa."



I love You Ibu

0 komentar:

Posting Komentar

Ngasih komentar di blog ini termasuk sedekah loh :p

© Coretan Kecil Seorang Jilbaber 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis