Kalian percaya nggak sih jodoh
itu nggak akan tertukar? Percaya juga nggak dengan selogan “yang baik untuk
yang baik. Yang buruk untuk yang buruk”. Awalnya gue memaknai kalimat itu
dengan keliru. Kalau lu baik, jodoh lu pasti orang baik-baik. Kalau lu buruk
jodoh lu pasti sama buruknya kaya lu. Tapi, tiba-tiba pemahaman gue itu
tertepis dengan banyak contoh di luar sana. Contoh paling konkrit dan ada di
depan mata gue adalah bokap dan nyokap gue. Mereka berdua bagai langit dan
bumi. Berbeda banget. Nyokap dulunya adalah guru madrasah, bokap adalah anak
gaul yang bahkan ngaji aja jarang. Kenapa mereka berjodoh? Gue pernah
menanyakan hal itu kepada nyokap.
“Bu,
Ayah kan kurang bisa ngaji. Ko ibu mau sama ayah?”
“Ibu
juga tadinya nggak tau kalau ayah nggak bisa ngaji. Yang ibu tau, orang betawi
pasti bisa ngaji. Ternyata nggak.”
“Lagian
nggak ibu tes. Hahaha. Tapi, kenapa ibu bisa berjodoh sama ayah ya? Ayah kan
buruk sedangkan ibu baik. Yang baik untuk yang baik, yang buruk untuk yang
buruk.”
“Ayah
orang baik ko. Ayah Cuma kurang dituntun. Dulu Orangtuanya ayah sibuk kerja,
ayah jadi kurang didikan agama. Ayah nggak pernah dibangunin untuk shalat
subuh, bahkan nggak diingetin untuk shalat wajib lainnya. Ngaji pun nggak
pernah tuntas karena pindah pindah TPA melulu.”
“Oh,
pantesan aja ayah kalo bangunin farah Cuma karena disuruh sekolah doang. Kalo libur
malah nggak dibangunin. Hahaha”
“Iya
itu karena dulunya ayah nggak pernah dibangunin untuk shalat. Dulu malah
katanya waktu sebelum nikah sama ibu, ayah nggak puasa ramadhan.”
“Hah?
Masa sih?”
“Iya,
dia sendiri yang cerita. Nggak tau deh, kalau ayah bukan nikah sama ibu, ayah
bakal kaya sekarang atau nggak.”
“Kaya
sekarang? Maksudnya jadi rajin shalat, puasa ramadhan, dan sedikit demi sedikit bisa ngaji gitu?”
“Iya.”
Dari
obrolan itulah gue bisa menyimpulkan makna kalimat “yang baik untuk yang baik
dan yang buruk untuk yang buruk”. Nggak selamanya yang buruk akan buruk, suatu
saat bisa saja menjadi baik asalkan hatinya pun punya kemauan untuk menjadi
orang yang lebih baik. Dan Allah maha adil, menurunkan orang-orang baik untuk
membimbing orang yang tadinya buruk menjadi lebih baik. Seperti nyokap dan
bokap gue. Bokap menjadi orang yang lebih baik setelah menikah dengan nyokap
gue.
Contoh
lainnya lagi adalah kisah percintaan alm.Ustad Jefri Al-Buchori (Uje) dengan
Pipik Dian Irawati. Alm.Uje dulunya adalah seorang pemabuk dan pemakai,
sedangkan Pipik adalah seorang model yang belum menutup aurat. Keduanya
dipertemukan oleh Allah SWT, saat pertama kali bertemu mereka sama-sama
merasakan “mereka akan lebih baik jika bersama”. Dan terbukti, setelah menikah,
walau Uje sempat kambuh (ngobat), Pipik berhasil membuat Uje jauh dari barang
haram itu dan pipik mantap terus menutup auratnya. Step by step dengan penuh
kesabaran, pipik dan uje sama sama mengubah hidup mereka menjadi manusia yang
lebih baik.
Allah
maha adil dalam segala hal termasuk urusan jodoh. Jodoh benar-benar nggak akan
tertukar.
Jodoh itu kayak Afgan, pasti bertemu. Tapi jodoh itu bukan Nikita Willy, yg pasti tertukar :))
BalasHapusaiiih, nih sedap tulisannya. gue baru engeh juga sih
BalasHapusternyata memang ada hikmahnya yak. dan jujur gue baru paham nih, tentang arti slogan enttuh....
keren''.
nah, trus kira'' jodoh lo yg kek gmna niiih, mpook???