Beberapa waktu lalu gue liat berita tentang seorang anak yang menampar
ibunya. Itu terjadi di Singapura, bukan Indonesia. Kejadian itu terungkap
berkat video yang diambil secara sembunyi-sembunyi oleh tetangganya. Video itu
pun dengan cepat menyebar melalui dunia maya. Pastinya yang terpikirkan pertama
kali saat melihat berita itu adalah “di mana hati sang anak? Di mana otak-nya?
Kok tega-teganya nampar ibunya. Apalagi ibunya udah tua.” Penonton pun marah,
tak terkecuali gue.
Gue punya cerita tersendiri tentang Air susu ibu yang dibalas air tuba
oleh anak.
Hari minggu kemaren, gue dan keluarga gue lebaran ke rumah sodara gue di
daerah **** ( sory cuy, gue sensor demi kenyamanan umat :D ). Di sana,
seharusnya ada banyak rumah yang gue singgahi. Tapi, berhubung beberapa ada
yang lagi gak di rumah, jadi lah gue cuma singgah di dua rumah. Rumah pertama
yang gue singgahi adalah rumah uwa-nya bokap gue. Otomatis gue manggil beliau
dengan sebutan “nenek”. Karena beliau adalah adiknya dari almarhum nenek gue. Gue
terkejut karena nenek sedang duduk lesu tepat di depan pintu. Sejak beberapa
tahun yang lalu, beliau terkena stroke. Hal itu membuat tangan kanan beliau tak
bisa bergerak serta beliau tak lagi mampu berbicara dengan jelas. Tubuhnya yang
tinggal tulang berbalut kulit membuat gue semakin merasa sedih dan miris. Gue teringat
keadaan almarhum nenek gue sebelum meninggal. Penampilan fisiknya hampir sama
persis dengan almarhum nenek gue. Bedanya, almarhum nenek nggak terkena stroke.
Kami mengucap salam dan tak lupa salim dengan nenek sebelum masuk ke
dalam rumah. Nenek hanya mampu mengeluarkan suara “ hoh huah hah hoh” ya gitu
deh kira kira.
Nenek tinggal sendirian di rumahnya. Loh? Anak-anaknya kemana, far? Ada
noh di rumahnya masing-masing. Lo bayangin aja, nenek yang udah tua renta plus
sakit-sakitan terus tinggal sendirian di rumah. Satu hal yang ada dipikiran
gue. GILA TEGA TEGA BANGET ANAK ANAKNYA ! Menurut info yang gue dapet, nenek
sempet tinggal di rumah anaknya di daerah ciganjur. Tapi, beliau minta untuk
dipulangin ke rumah beliau. Emang udah sifat nenek nenek maunya ngabisin masa
tuanya di tempat yang menurut mereka nyaman. Karena almarhum nenek gue juga
begitu. Beliau lebih demen tinggal di rumah gue ketimbang di rumah anak-anaknya
yang lain. Why? Karena almarhum nenek gue udah dari sejak gue bayi tinggal
bersama keluarga gue.
Karena nenek memaksa untuk pulang ke rumah beliau, alhasil anaknya pun
menuruti dan meninggalkan beliau sendirian di rumah beliau. Padahal jumlah anak
beliau ada lebih dari 5 orang. Tapi, gak ada satu pun yang mau mengalahkan
egonya untuk tinggal di rumah nenek dan merawat nenek. Yang merawat beliau
justru menantu dari adik beliau, sebut saja namanya Mba Inem. Setiap punya
kesempatan, Mba Inem menyambangi rumah nenek dan merawat beliau. Mba Inem gak
bisa setiap saat merawat nenek karena ia pun harus bekerja. Ia bekerja sebagai
buruh cuci.
Dari sini kita bisa menyimpulkan, karakter dan akhlak anak akan terbentuk
di tangan orangtua. Jika kelak anak kita seperti cerita gue di atas, coba
tanyakan apa yang telah kita ajarkan padanya sedari ia kecil. Apa kita
mengawasi pergaulannya? Apa kita memberi perhatian penuh padanya?
Dan yang paling penting apa kita tanamkan pendidikan agama padanya?
Banyak orangtua yang mengabaikan pendidikan agama karena terlalu fokus
pada pendidikan duniawi sang anak. Alhasil, banyak cerita yang kita dengar
anaknya jadi pengusaha sukses ibunya ditaro di panti jompo. Yang lebih miris
lagi jika kisah hidup lo kaya nenek gue di atas. Ditinggal sendirian dalam keadaan
sakit, tak mampu bicara dengan baik. Entah seperti apa beliau di malam hari.
Pasti merasa kesepian dan sedih. Saat gue dan keluarga gue hendak pulang,
beliau memegangi kaki bokap gue seakan memohon untuk tetap di situ menemani
beliau. Rasanya gue pengen nangis saat itu juga. Gue gak tega. Nyokap pernah
minta nenek untuk tinggal bersama kami. Tapi, nenek menolak karena merasa
beliau memiliki banyak anak yang bisa merawat beliau. Namun kenyataannya...
Anak-anak beliau meninggalkan beliau seorang diri di rumah beliau yang kecil.
Seandainya anak anak beliau tau bahwa merawat ibu mereka di hari tua
seperti itu mendatangkan pahala yang begitu besar, seandainya anak anak beliau
mengingat kembali seperti apa perjuangan ibu mereka membesarkan mereka,
seandainya mereka masih punya hati... niscaya hal itu gak akan pernah terjadi
Cerita gue ini bisa menjadi pembelajaran bagi para orangtua dan juga
anak. Para orangtua jangan hanya berfokus pada pendidikan duniawi anak, tapi
juga harus ditanamkan pendidikan agama. Agar kelak mereka tau caranya
berterimakasih pada orangtua, walau kita tau balasan apapun dari anak tak akan
bisa membayar semua yang telah dilakukan orangtua.
Dan pembelajaran untuk anak agar tak lupa jasa orangtua... air susu
dibalas dengan air susu. Jangan pernah tinggalkan orangtua di panti jompo atau
membiarkan mereka sendirian di hari tuanya. Karena, dengan kalian di sisi
mereka di saat mereka tua itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
0 komentar:
Posting Komentar
Ngasih komentar di blog ini termasuk sedekah loh :p