I know i know, gue gagal dalam mengikuti challenge
1day1dream. Gue sibuk banget 2 minggu terakhir ini. Itu yang nyebabin gue jadi
nggak sempet ngeblog. Anyway, walau gagal dalam challenge bukan berarti gue
nggak boleh ngeblog lagi kan? :p
Oke skip masalah kegagalan gue dalam mengikuti challenge
1day1dream.
Lo tau nggak drama korea berjudul “Pinochio” (au dah
tulisannya bener apa kaga)? Bagi yang tau, bagus. Gue kasih jempol buat lo.
Bagi yang gak tau, bakal gue jelasin. Menurut gue ini drama korea terbagus yang
pernah gue tonton. Terbukti, drama yang diperanin Park Shin Hye ini menduduki
urutan pertama di setiap minggunya di korea. Drama ini gue sebut bagus bukan
tanpa alasan. Dari isi ceritanya dan cara si sutradara menggiring penontonnya
untuk ikut masuk ke dalam ceritanya pun amat bagus.
Drama korea ini bercerita tentang Cho Dal Pho, anak yatim
piatu yang trauma dengan wartawan karena keluarganya hancur berantakan karena
berita bohong yang disampaikan wartawan ke publik. Ayahnya meninggal dalam
insiden kebakaran, namun ayahnya justru dituduh sebagai orang yang
bertanggungjawab atas insiden itu. Ibunya yang frustasi karena tersudutkan di
masyarakat, memilih untuk mengakhiri hidupnya. Sedangkan kakanya, tetap hidup
dengan menyimpan dendam kepada wartawan. Dendam yang menjadi bom waktu dan siap
meledak kapan pun.
Cho Dal Po sendiri awalnya diajak bunuh diri oleh ibunya
dengan cara menceburkan diri ke laut. Namun, ada kakek yang menemukan tubuhnya
di laut. Kakek itu lah yang menyelamatkan ia dan membesarkannya. Ia diangkat
anak oleh kakek itu. Di situ lah Cho Dal Pho bertemu Cho in ha, cucu kakek itu.
Mereka tumbuh besar bersama sampai akhirnya mereka saling mencintai satu sama
lain. Loh? Kok ceritanya gak nyambung sama judulnya? Nyambung kok. “Pinocio” di
dalam drama itu adalah sebuah penyakit. Penyakit tidak bisa bohong. Biasanya
dalam cerita pinocio jika berbohong hidungnya akan memanjang, tapi di drama ini
jika berbohong orang itu akan cegukan. Yap, Cho in ha mengidap penyakit pinocio
(penyakit ini hanya ada dalam drama loh ya. Hanya fiktif belaka).
Drama ini menekankan tentang sebuah kejujuran yang amat
berarti. Cho In ha dan Cho Dal Pho membuktikan bahwa wartawan harus bersikap
selayaknya wartawan dengan menyajikan fakta, bukan drama atau isu yang belum
jelas adanya.
Ini adalah sebuah realita yang ada di kehidupan kita.
Gue masih inget banget waktu ada seminar tentang berita di
kampus gue. Kebetulan narasumbernya adalah produser di salah satu acara gosip
di stasiun tv swasta. Saat itu, gue ngebet banget pengen nanya, tapi sayangnya
pertanyaan gue udah duluan ditanyain sama salah satu mahasiswa yang ikutan
seminar itu. Apaan far pertanyaannya? Pertanyaannya simpel aja, yaitu “kenapa
selalu menyajikan berita buruk? Padahal ada berita baik pula yang bisa
disampaikan”. Lo tau nggak jawabannya apa? Dia menjawab “karena berita buruk
akan lebih banyak peminatnya.”
Gue pun menganalisa beberapa berita yang sekarang ini acap
kali nongol di tv. Lo pasti tau berita apa yang lagi heboh hebohnya. Yap, KPK
vs Polri atau cicak vs buaya. Menurut analisis gue, dari pemberitaan mengenai
foto mesra abraham samad sampai penangkapan Bambang Widjoyanto adalah berita
berita yang sengaja ditongolin untuk menutupi hal besar yang seharusnya
diberitakan. Hal besar? Apaan tuh, far? Perpanjangan kontrak Freeport. Dan itu
sudah ditandatangani. Itu berarti, negara kita kembali dikeruk emasnya oleh
Amerika. Amerika kaya dan kita tetap begini... miskin.
Tau tentang korupsi Transjakarta yang dituduhkan pada Jokowi?
Muncul kepermukaan untuk beberapa saat dan menghilang begitu saja tanpa ada
proses hukum. KPK diam saja.
PDIP merupakan partai yang anggotanya banyak melakukan
korupsi. Tapi yang terekspos siapa? Hanya demokrat dan PKS. Kenapa? Kenapa bukan
PDIP yang diekspos? Ada apa dengan media? Kenapa hal besar justru ditutupi oleh
hal hal kecil?
Tentang Abraham samad yang foto mesranya beredar di
internet, gue menganalisis bahwa hal itu justru memang sengaja dilakukan oleh
orang orang di belakangnya. Kenapa demikian? Karena orang yang telah mengedit
foto mesra itu gak diapa-apain. Abraham Samad hanya mengklarifikasi foto itu
tanpa ada permintaan agar orang yang telah mengedit itu diproses secara hukum.
Padahal mengedit seperti itu jatohnya adalah “pencemaran nama baik” bukan? Hal
hal seperti itu dilakukan untuk menutupi mata rakyat agar tidak melihat
persoalan yang lebih besar dari hal itu. Tau sendiri lah ya, rakyat kalo tau sesuatu
hal hebohnya begimana? Apalagi kalo mereka tau kontrak freeport diperpanjang
berpuluh puluh tahun. Bayangin, puluhan tahun. Itu sama aja negara dijual sama
si banteng itu.
Dari awal gue gak milih Jokowi jadi presiden ya karena orang
di belakangnya jauh lebih bahaya dari orang orang di belakang Prabowo. Mereka
pintar membuat drama, makanya rakyat tidak terlalu melihat boroknya partai
berlambang banteng itu. Ya, itu lah hebatnya media. Mereka menggiring kita
untuk berpikir sesuai apa yang mereka sajikan.
Begitu menyeramkannya sebuah media jika berada di tangan “politik”
Guys, ini hanya analisis gue. Benar atau kah salah, kalian
nggak perlu ambil pusing itu. Toh, gue juga nggak maksa kalian untuk berpikir
seperti apa yang gue pikir. Ini hanya analisis dari rakyat biasa yang bahkan
bukan seorang sarjana.
Kak, gue setujuuuuu. Kenapa infotainment harus blow up berita buruk? Karena yang paling laku ya itu... -_-
BalasHapus