Here I’m, at 22 Desember again. Tanggal dimana dijadikan
sebagai hari spesial, “hari Ibu”. Ya, tanggal yang kemudian selalu berhasil
membawaku ke masa lalu. Masa lalu di mana terdapat kenangan yang tertinggal di memory otakku. Masa lalu yang selalu mampu membuatku menangis.
22 Desember di 2011, pertama kalinya aku merasa begitu
istimewa ketika seseorang itu datang dan mengucapkan “Happy mother’s day”
padaku sambil memberi setangkai bunga mawar. Aku bingung sekaligus heran. Kenapa
aku diberi ucapan “Happy mother’s day” plus setangkai bunga, padahal… menjadi
seorang Ibu pun belum? Seseorang itu hanya menjawab “Karena kelak kau akan
menjadi seorang Ibu juga seperti Ibu mu saat ini.” Jawaban yang Nampak polos
dari sosok “ia”. Setelah memberi selamat dan setangkai bunga, tiba-tiba ia
berkata “sungkeman gih nanti sama ibu. Minta maaf.” Aku hanya tersenyum kecil
saat mendengar ucapannya.
22 Desember pula untuk pertama kalinya aku melakukan apa
yang selama ini ingin aku lakukan untuk Ibu. Meski aku tahu, apapun yang aku
lakukan untuk membalas jasa Ibu, hal itu tak akan pernah benar-benar terbalas.
Karena jasa beliau jauh jauh jauh jauh lebih besar dari sekadar sesuatu hal
yang aku lakukan dan berikan.
Siang hari di 22 Desember 2012, Ibu sedang asik duduk santai
di ruang tamu sambil minum teh. Hal itu aku manfaatkan untuk menjalankan niatku
yang tak pernah kesampaian. Aku mengambil baskom, kuisi air, kemudian
kubersihkan kaki Ibu saat itu juga. Ibuku yang sedang asik menikmati tehnya
menjadi terkejut dengan apa yang dilakukan putrinya. Beliau kemudian berkata, “Ibu
nggak pengen apa-apa ko, Ibu Cuma pengen kamu nurut sama kata orangtua. Nggak
ngebantah.” Mendengar kata-kata itu, seketika air mataku berlinang, seakan
kata-kata itu menarikku pada semua hal buruk yang pernah aku lakukan. Aku
buru-buru ke toilet, membasuh kedua wajahku agar tak terlihat oleh Ibu bahwa
aku menangis. Kemudian, aku lanjutkan mencuci kaki Ibu sambil berkata, “Iya,
Bu. Maafin Farah ya”.
Dan kini, Aku kembali lagi pada tanggal di mana dua kenangan
itu melekat di memory otakku. Kenangan tentang “ia” dan kenangan tentang apa
yang kulakukan serta ucapan Ibu saat itu padaku.
Mother’s Day, hari spesial yang ku anggap ada disetiap
hariku. Ya, setiap hari adalah hari Ibu. Hari untuk berbakti kepada beliau. Tak
perlu bakti yang sulit-sulit, cukup nurut apa kata orangtua, hal itu sudah
membuat Beliau bahagia dan bangga memiliki anak seperti “Kita”. Entah bakti
yang kemudian lebih besar seperti membawa beliau ke Mekkah, itu akan beliau
anggap sebagai bonus.
“Ibu, engkau lah wanita yang kucinta selama hidupku. Maafkan
anakmu bila ada salah. Pengorbananmu tanpa balas jasa."
I love You Ibu
I love You Ibu
0 komentar:
Posting Komentar
Ngasih komentar di blog ini termasuk sedekah loh :p