Awal dari Sebuah Perjuangan

Nggak terasa masa-masa pergelutan dalam dunia kuliah Diploma 3 sudah berakhir. Jadi ingat pertama kali masuk kuliah diospek, belajar, dan TA. Suka duka campur aduk jadi satu.

Yang paling terasa dari semua hal itu adalah TA. Pengerjaan TA yang lumayan lama dan memakan banyak biaya. Gue musti bolak balik ke kampus, ketemu pembimbing, ngerevisi, ngeprint, dan minta tanda tangan. Berasa banget susahnya. Apalagi saat orang tua gue lagi krisis keuangan.

Mungkin kalian nggak tau, gimana susahnya ekonomi keluarga gue. Bokap dan nyokap cuma pedagang nasi uduk. Karena waktu itu lagi bulan puasa, alhasil bokap dan nyokap cuma jualan gorengan di sore hari sebelum adzan maghrib. Hasil jualan gorengan nggak cukup untuk menghidupi 5 orang sekaligus.

Waktu itu, gue takut banget minta uang untuk ngeprint TA gue. Takut gue itu karena gue tau kebutuhan di keluarga ini gak cuma gue. ada yang lebih penting dan mendesak. Adik gue butuh ongkos untuk sekolah. Kalo uang hasil jualan dipake semua, besoknya bokap nyokap gak bisa jualan lagi.

Akhirnya gue memutuskan untuk dateng ke kampus bawa laptop, nggak pake ngeprint. Tapi, karena memang kurang enak bimbingan dengan laptop, gue pun diminta mengirimkan TA gue lewat email supaya pembimbing gue bisa baca di rumah. Dan tau gak? Setelah gue kirim, ternyata TA gue belom dibaca sama dosen pembimbing gue karena laptop beliau rusak. Dengan amat terpaksa, gue akhirnya ngeprint TA gue dengan uang sekadarnya. Jadilah yang ter-print hanya seperempat dari TA gue.

Bimbingan, revisi, ngeprint, bimbingan, revisi, ngeprint.....begitu seterusnya sampai TA gue selesai. Memakan banyak waktu dan uang. Apalagi TA gue itu banyak gambar pendukung. Jadi lah TA gue harus diprint warna bukan cuma hitam putih. Dan itu mengeluarkan biaya yang lebih besar kalo gue ngeprint di warnet.

Gue puter otak, bingung musti gimana. Gue pun memberanikan diri bilang ke ortu gue. Ayah gue yang emang deket sama orang-orang di kelurahan, punya ide untuk numpang ngeprint di kelurahan untuk menekan biaya ngeprint. Tapi, karena musti direvisi gue harus ngeprint ulang dan gak mungkin gue numpang ngeprint lagi di kelurahan. Karena gak enak sama orang-orang sana. Ayah gue pun mengusulkan untuk numpang ngeprint di rumah sodara gue yang di cililin. Gue dan ayah gue berjalan kaki ke cililin.


Begitu seterusnya sampai TA di-acc pembimbing, gue daftar untuk seminar dan kemudian sidang. Alhamdulillah gue lulus, meski nilainya gak sesuai harapan. Kalo ditanya puas atau nggak? gue bakal jawab nggak. Karena gue ngerjain TA nya kurang maksimal. Itu yang gue rasain. Ngerjain TA kurang maksimal.


And now, i'm here dengan menyandang gelar ahlimadya Penerbitan. Ini bukan lah akhir, tapi ini adalah awal dari sebuah perjuangan. Perjuangan yang masih panjang terbentang di depan mata.


oke, segitu aja cerita suka duka TA gue.
next post gue bakal ceritain tentang keluarga gue. bye bye ^_^